Friday, December 31, 2010

Adu Cepat Adaptasi Migrasi di Moto GP 2011

Adu Cepat Adaptasi Migrasi di Moto GP 2011
Headline
Valentino Rossi - Foto:Istimewa
Oleh: Subchan Zurya Mawla
Olahraga - Rabu, 29 Desember 2010 | 18:30 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Moto GP 2010 mendapuk Jorge Lorenzo sebagai juara dunia. Menjelang musim 2011, banyak perpindahan pembalap yang bisa mengubah peta kekuatan tim.
Musim ini Lorenzo tampil begitu kokoh dipuncak klasemen usai melalui perhelatan sengit dengan para pesaingnya, termasuk Valentino Rossi yang notabene rekan setimnya di Yamaha.
Peta kekuatan berubah setelah Rossi merampungkan proses kepindahannya ke tim Ducati pada akhir November. Predikat juara dunia serta hengkangnya The Doctor tak membuat Lorenzo berganti peran menjadi pembalap utama Yamaha.
Kecepatan Lorenzo saat menunggangi YZR-M1 tak perlu diragukan untuk sekadar menggantikan peran Rossi. Namun, yang menjadi tanda tanya adalah kesanggupan rider berusia 23 tahun tersebut saat membedah motor tunggangannya.
Satu fakta penting yang perlu dicermati adalah posisi vital Rossi di Yamaha. Rider asal Italia tersebut dikenal tidak hanya andal saat berada di atas sirkuit melainkan juga saat membedah YZR-M1.
Sekadar catatan, pada awal kepindahannya dari Honda pada musim 2004, Yamaha bukan merupakan bagian dari sejumlah tim besar yang favorit juara. Namun pandangan itu langsung berubah pasca kedatangan Rossi.
Keberadaan rider yang gemar menggunakan nomor 46 di lambung motornya itu disebut-sebut sebagai otak di balik kecepatan yang dimiliki YZR-M1. Bersama Jeremy Burgess, chief engineer sekaligus mekanik andal yang selalu menyertai Rossi kemanapun pembalap asal Italia itu melangkah, The Doctor terus membedah setiap kelemahan motornya untuk kemudian diperbaiki oleh tim mekanik Yamaha.
Kini, sepeninggal Rossi, kubu Yamaha memiliki pekerjaan rumah dalam hal pengembangan motor. Kelebihan YZR-M1 saat berada di tikungan cepat jelas diketahui Rossi oleh karena itu tim asal Jepang tersebut perlu meng-update mesin dan teknologi mereka.
Sementara itu, bagi Ducati kehadiran Rossi menjadi berkah karena tim asal Italia tersebut tidak hanya mendapatkan jasa sang pembalap namun juga sejumlah tokoh penting di balik sukses Yamaha.
Sebut saja mekanis Jeremy Burgess, mantan manajer Rossi di Yamaha Davide Brivio, dan sepuluh nama lain eks Yamaha yang ikut hengkang mengikuti Rossi.
Keberadaan Rossi dan Burgess di tim Ducati langsung terasa ketika keduanya membeberkan hasil tes prototipe Desmosedici yang dinilai memiliki kekurangan saat melakukan tikungan. Meski begitu Burgess mengakui dari segi akselerasi dan kecepatan Ducati lebih baik dari para seterunya.
Bagaimana dengan Casey Stoner? Kubu Honda seperti melakukan reuni dengan eks pembalapnya itu sehingga tidak butuh waktu lama bagi Stoner mempelajari karakter motor RC212V.
RC212V dikenal memiliki ketangguhan akselerasinya yang ringan sehingga mempermudah penggunanya saat bakusalip. Meski begitu kubu Honda masih perlu mengembangkan kecepatan karena berdasarkan pengalaman musim lalu, RC212V kerap kesulitan saat beradu kecepatan di lintasan lurus.
Meski fokus perhatian musim depan masih berkutat pada Lorenzo, Rossi, dan Stoner, patut disimak pula kiprah Rookie of the Year Ben Spies. Sukses bersama tim satelit Yamaha Tech 3 menjadi tiket baginya untuk melangkah ke tim besar. Berkat pencapaian tersebut tim Yamaha resmi menunjuk pemuda Amerika Serikat kelahiran 26 tahun lalu itu sebagai suksesor Valentino Rossi di tim Fiat-Yamaha.
Gayamembalap yang agresif serta performa impresif yang kerap diperagakan oleh rider asal Amerika Serikat itu saat berada di atas lintasan menjadi dasar dari keputusan yang diambil oleh tim asal Jepang tersebut saat mencari pendamping Jorge Lorenzo. [nic]

No comments:

Post a Comment